Fenomena Mahasiswa Lulusan S.AI

 Oleh I Dewa Agung Wahyu Arinatha



Dalam dekade terakhir, Artificial Intelegent (AI) atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai integrasi kecerdasan buatan, keterlibatannya dalam beberapa aspek kehidupan kita saat ini menjadi semakin umum. Tidak terkecuali sektor pendidikan tinggi, dimana kecerdasan buatan dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan tugas dan ujian. Fenomena ini menjadi tren yang begitu besar sehingga terdapat berbagai konten rekomendasi website AI yang dapat diandalkan oleh para calon sarjana untuk menyelesaikan tugas akademiknya, termasuk tugas dan skripsi. Meskipun perkembangan ini mempunyai manfaat, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap mahasiswa itu sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.


Pertama, penggunaan AI dalam tugas akademik dapat menyebabkan penurunan kemampuan berpikir kritis di kalangan mahasiswa. Ketika AI digunakan untuk menghasilkan jawaban atau ide, mahasiswa mungkin menjadi terlalu bergantung pada saran-saran tersebut dan gagal mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya orisinalitas dan kreativitas dalam pekerjaan mereka, yang penting untuk keberhasilan akademis dan perkembangan individu. Selain itu, ketergantungan yang berlebihan pada kecerdasan buatan juga dapat menyebabkan kurangnya kemandirian dan kepercayaan diri mahasiswa. Ketika AI digunakan untuk menyelesaikan tugas, mahasiswa mungkin menjadi kurang termotivasi untuk belajar dan mengembangkan keterampilan mereka. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya inisiatif dan ketidakmampuan mengendalikan proses pembelajaran.

Di sisi lain, penggunaan kecerdasan buatan dalam tugas akademik juga dapat memberikan dampak positif bagi mahasiswa. Misalnya, AI dapat membantu mahasiswa penyandang disabilitas atau kesulitan belajar dengan memberikan masukan dan dukungan yang dipersonalisasi. Hal ini dapat membantu mereka mengatasi tantangan dan mencapai kesuksesan akademis. Selain itu, AI dapat membantu mahasiswa yang kesulitan mengatur waktu dengan menyediakan tenggat waktu dan pengingat, yang dapat membantu mereka tetap teratur dan fokus.Dampak kecerdasan buatan terhadap masyarakat secara keseluruhan juga penting. Penggunaan kecerdasan buatan dalam kegiatan akademik dapat mengarah pada sistem pendidikan yang lebih adil dengan memberikan pengalaman belajar yang dipersonalisasi kepada seluruh mahasiswa, terlepas dari latar belakang atau kemampuannya. Hal ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara mahasiswa yang kurang beruntung dan teman-teman mereka yang lebih beruntung, yang mungkin memiliki akses terhadap sumber daya dan dukungan yang lebih baik.

Selain itu, pemanfaatan kecerdasan buatan dalam kegiatan akademik juga dapat menghasilkan proses pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dengan memberikan umpan balik dan dukungan langsung kepada mahasiswa, AI dapat membantu mereka mengidentifikasi bidang-bidang yang perlu mereka tingkatkan dan memfokuskan upaya mereka. Hal ini dapat menghasilkan hasil pembelajaran yang lebih cepat dan kinerja akademis yang lebih baik secara keseluruhan. Contoh penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas akademik adalah kasus Grammarly, asisten menulis online yang menggunakan kecerdasan buatan untuk memberikan saran tata bahasa dan umpan balik pada tulisan. Tata bahasa telah diadopsi secara luas oleh mahasiswa di seluruh dunia, dan banyak yang menggunakannya sebagai alat utama untuk mengedit tugas dan esai. Meskipun ada yang berpendapat bahwa ketergantungan pada AI dapat menyebabkan kurangnya orisinalitas dan kreativitas dalam menulis, ada pula yang berpendapat bahwa AI dapat membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan tata bahasa dan menghasilkan karya yang lebih baik secara keseluruhan.

Kesimpulannya, penggunaan kecerdasan buatan dalam tugas akademik mempunyai dampak positif dan negatif terhadap mahasiswa dan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun dapat menyebabkan penurunan keterampilan berpikir kritis dan kemandirian mahasiswa, AI juga dapat memberikan pengalaman belajar yang dipersonalisasi, meningkatkan efisiensi, dan menutup kesenjangan antara mahasiswa yang kurang beruntung dan teman-teman mereka yang lebih beruntung. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru dan pembuat kebijakan untuk menemukan keseimbangan antara penggunaan kecerdasan buatan dalam tugas akademik dan metode pengajaran tradisional yang mendorong keterampilan berpikir kritis dan kemandirian di kalangan mahasiswa. Dengan cara ini kita dapat memastikan bahwa sistem pendidikan kita tetap efektif, adil dan kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi semua mahasiswa.


Posting Komentar

0 Komentar