Oleh I Made Bagus Meisuaradita
Fear Of Missing Out (FOMO) merupakan fenomena yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi di kalangan anak muda. FOMO mengacu pada kecemasan dan kekhawatiran yang muncul dari keyakinan bahwa seseorang melewatkan peristiwa, pengalaman, atau peluang yang menarik atau penting. Artikel ini membahas penyebab dan dampak FOMO pada individu dan masyarakat secara keseluruhan.
Salah satu penyebab utama FOMO di kalangan anak muda adalah maraknya media sosial. Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat penuh dengan foto dan video orang-orang yang bersenang-senang di pesta, konser, dan acara lainnya. Postingan ini menciptakan rasa FOMO pada pengguna yang merasa tersisih atau terputus dari pengalaman tersebut. Selain itu, algoritme media sosial dirancang untuk menampilkan konten yang kemungkinan besar akan membuat pengguna terlibat, yang dapat memperburuk perasaan FOMO dengan menyoroti aktivitas dan peristiwa yang tidak mereka ikuti.
Penyebab lain dari FOMO adalah tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar dan harapan masyarakat. Kaum muda sering kali merasa tertekan untuk mengimbangi teman-temannya dalam hal harta benda, prestasi akademik, dan status sosial. Tekanan ini dapat menyebabkan kebutuhan akan kemajuan yang terus-menerus, yang dapat menyebabkan pengeluaran berlebihan, kelelahan akademis, dan kecemasan sosial.
Dampak FOMO terhadap individu dapat bersifat positif dan negatif. Di satu sisi, FOMO dapat memotivasi masyarakat untuk mengejar pengalaman dan peluang baru. Hal ini juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan keterhubungan di antara generasi muda yang memiliki kesamaan minat dan nilai. Di sisi lain, FOMO dapat menimbulkan perasaan tidak mampu, rendah diri, dan depresi. Hal ini juga dapat menyebabkan penggunaan media sosial secara berlebihan, yang dikaitkan dengan penurunan kesehatan mental dan kesejahteraan.
Dampak FOMO terhadap masyarakat secara keseluruhan sangatlah kompleks. Di satu sisi, FOMO dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk dan layanan baru. Hal ini juga dapat mendorong mobilitas sosial dengan mendorong individu untuk berjuang mencapai kesuksesan dan kepuasan. Namun di sisi lain, FOMO dapat berkontribusi terhadap kesenjangan sosial dengan melanggengkan budaya ekses dan materialisme. Hal ini juga dapat memperburuk perpecahan sosial yang ada dengan menciptakan rasa persaingan dan pengucilan di antara generasi muda dari latar belakang dan komunitas yang berbeda.
Contoh terbaru penerapan FOMO adalah tren “finstas” (akun Instagram palsu) di kalangan anak muda. Finstas adalah akun Instagram pribadi yang digunakan untuk berbagi aspek kehidupan seseorang yang paling intim atau tanpa filter dengan sekelompok teman terpilih. Akun-akun ini sering kali berisi foto candid, lelucon, dan pengakuan pribadi yang tidak dibagikan di akun Instagram publik. Finstas menjadi populer karena memberikan ruang bagi generasi muda untuk terhubung dengan teman sebayanya secara lebih nyata dan intim dibandingkan platform media sosial pada umumnya. Namun, finstas juga melanggengkan FOMO dengan menciptakan rasa eksklusivitas dan kerahasiaan seputar pengalaman atau hubungan tertentu. Eksklusivitas ini dapat menimbulkan perasaan terisolasi dan terputusnya hubungan di kalangan anak muda yang bukan bagian dari komunitas finsta.
Kesimpulannya, FOMO merupakan fenomena kompleks yang mempunyai dampak positif dan negatif terhadap individu dan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun FOMO dapat memotivasi orang untuk mengejar pengalaman dan peluang baru, hal ini juga dapat menyebabkan perasaan tidak mampu, rendah diri, dan depresi. Lebih jauh lagi, FOMO dapat berkontribusi terhadap kesenjangan sosial dengan melanggengkan budaya ekses dan materialisme. Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk menyadari dampak FOMO terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan mereka, serta hubungan mereka dengan orang lain. Dengan mengembangkan kesadaran diri dan kewaspadaan, generasi muda dapat belajar mengelola FOMO dengan cara yang sehat yang mendorong pertumbuhan pribadi dan pembangunan komunitas daripada konsumsi berlebihan atau persaingan.
0 Komentar